Cerita Kota

"Asal Mula Bukit Wangka" Bawa Zulfan Tihami Juara

18 Oktober 2025

56 views

Kontributor :
Katekuchan
@arasyahh.a
Kontributor :
Katekuchan
@arasyahh.a

CERITA KOTA | Juara lomba mendongeng tingkat SMP diumumkan, dan tepuk tangan meriah langsung memenuhi ruangan. Di antara sorak-sorai peserta, nama Zulfan Tihami disebut sebagai juara pertama lomba mendongeng Festival Tunas Bahasa Ibu (FTBI) Kalimantan Barat 2025.

Dengan senyum lebar dan langkah sedikit gugup, siswa SMP Quran Labbaik Mempawah itu naik ke panggung. 

“Senang sih, bahagia. Masih kaget juga,” katanya polos sambil memegang piagam kemenangannya.

Zulfan tampil dua hari sebelumnya, pada Jumat, 16 Oktober, membawakan kisah rakyat berjudul Asal Mula Bukit Wangka. Cerita itu ia pilih sendiri bukan karena populer, justru karena jarang dikenal orang.

Dengan suara lantang dan ekspresi hidup, Zulfan berhasil memukau penonton dan juri. Dari kisah yang dibawakannya, ia menyampaikan pesan sederhana namun kuat: jangan ceroboh dalam mengambil keputusan dan selalu dengarkan nasihat orang tua. 

“Biar selamat dunia akhirat,” tambahnya.

Perjalanan Zulfan di dunia mendongeng tidak selalu mulus. Ia masih ingat betul momen ketika pertama kali tampil di depan umum saat kelas tiga SD. 

“Dulu sih pernah malu. Pernah berhenti cerita, terus nangis di atas panggung,” kenangnya sambil tertawa kecil. 

Namun, pengalaman itu tak membuatnya berhenti. Tahun demi tahun, ia terus berlatih hingga akhirnya mampu menaklukkan panggung besar FTBI.

Tahun ini, Festival Tunas Bahasa Ibu Kalimantan Barat menjadi puncak dari rangkaian kegiatan revitalisasi bahasa daerah yang telah berlangsung sejak awal bulan. Enam cabang lomba digelar, mulai dari berpantun, tundang, berpidato, melucu, mendongeng, hingga menulis cerpen.

Kepala Balai Bahasa Kalimantan Barat, Uniawati, dalam sambutannya menyampaikan bahwa festival ini bukan sekadar ajang lomba, tetapi bagian penting dari upaya menghidupkan kembali bahasa daerah di ruang pendidikan.

“Saat ini sudah ada kabupaten yang menjadi contoh, seperti Sanggau yang telah menghasilkan Perda Perlindungan Bahasa Daerah. Kota Pontianak juga tengah menyusun,” ujarnya. 

Ia berharap langkah-langkah itu bisa memperkuat posisi bahasa daerah di sekolah-sekolah.

Bagi Balai Bahasa, FTBI bukan hanya tentang siapa yang menang, tapi bagaimana bahasa ibu terus bertumbuh lewat suara anak muda. Dan di antara banyak suara itu, suara Zulfan yang dulu sempat gugup dan menangis di panggung kini bergema paling lantang, membawa pesan bahwa bahasa daerah masih hidup, dan akan terus diceritakan dari generasi ke generasi. (*)




Top